Sunday 16 January 2011

Rumah Ramah Lingkungan versi Galihleo

            Sebenarnya Konsep Rumah Ramah Lingkungan kami sudah berlangsung sejak lama, sejak dari awal rumah kami (rumah orang tua saya lebih tepatnya) dibangun. Pada awalnya hanya berupa sebuah pembuatan resapan air yang bertujuan agar air hujan tidak lama menggenang di taman dan beberapa buah tanaman untuk menghalau sinar matahari langsung sekaligus bertujuan untuk lebih menyegarkan suasana. Namun dengan bertambahnya waktu (dan rezeki) maka satu persatu unsur “Ramah Lingkungan” dan “Rendah Emisi” mulai terbentuk.

            Memang, kami masih merasa Emisi yang kami hasilkan masih cukup tinggi, namun kami akan terus berupaya dan berinovasi agar apa yang kami lakukan benar-benar mendekati “Zero Emission” alias tidak ada emisi sama sekali.

Kami merasa dengan Ramah Lingkungan, kami mendapatkan beberapa keuntungan antara lain:

  1. Hemat Energi, tentu saja. Karena energi yang kami gunakan terutama untuk Energi Listrik semakin sedikit.
  2. Lebih Irit, tentu saja semakin sedikit Energi yang kami beli, semakin sedikit pula uang yang harus kami keluarkan.
  3. Lebih sehat dan ramah lingkungan.
           

Berikut sedikit gambaran mengenai unsur-unsur “Rumah Ramah Lingkungan” kami:

  1. Membangun atap/plafon yang tinggi.
Keuntungan memiliki atap yang tinggi adalah sirkulasi udara yang cukup baik, sehingga dengan sendirinya ruangan akan menjadi sejuk.
Pada rumah kami yang memiliki beberapa bangunan terpisah antara ruang satu dengan ruang lainnya, atap tinggi terdapat di Kamar saya sediri dan ruang tengah/ruang tamu.

Dengan plafon yang tinggi, otomatis penggunaan AC untuk pendingan ruang menjadi sangat minim. 


  1. Membuat beberapa titik resapan air.
Terdapat sekitar 3 titik resapan di rumah kami. Selain bertujuan untuk drainase agar air hujan tidak lama menggenang di taman, juga berfungsi sebagai penyerap air hujan agar pasokan air tanah di daerah kami tidak cepat habis.

Jenis resapan air yang kami gunakan adalah kombinasi Batu, Kerikil dan Ijuk yang di buat dalam sebuah bak di dalam tanah. Oleh karena kontur rumah kami yang lebih rendah dari jalan, maka dengan adanya resapan air ini sangat membantu agar air hujan tidak menggenang rumah kami.


Kebetulan saya tidak bisa mengambil gambarnya, karena ya sudah berada di dalam tanah, namun kebetulan saya menemukan dari Blog ini ya gambarnya kurang lebih seperti itu lah, hanya saja di atas kerikil-kerikil tersebut ditambahkan ijuk sebelum ditutup dengan lapisan tanah.

Sedikit ilustrasi titik rumah kami yang menggunakan resapan air sebagai berikut:


Seperti yang dapat anda lihat, banyak terdapat kerikil-kerikil di bawah pohon tersebut, di situ terdapat 2 titik resapan air.

  1. Menanam pepohonan.
Terdapat kurang lebih 50 tanaman dari berbagai jenis baik tanaman kecil, tanaman dalam pot dan tanaman besar (Pohon). Mungkin sebagian besar kita sudah mengetahui apa-apa saja fungsi dari pepohonan tersebut bagi rumah kita.
Dengan adanya pepohonan tersebut, selain dapat memperindah suasana, juga sebagai “Paru-paru” rumah kami. Akar-akar pepohonan tersebut secara langsung menjadi resapan air alami. 


Gambar di atas adalah sedikit dari taman rumah kami. Jika anda lihat di pojok gambar terdapat sebuah tong komposter, kami juga menggunakan komposter tersebut untuk menjadikannya sebagai pupuk organik tanaman-tanaman kami.


  1. Memasang PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).
Dalam artikel ini saya tidak akan menjelaskan apa itu PLTS, penjelasan mengenai PLTS sudah dijelaskan cukup bagus di blog ini (tanpa ada unsur komersialisasi tentunya).

Terima kasih kepada CV. Surya Sumunar yang telah menyediakan PLTS untuk rumah kami.




Walaupun masih terbatas untuk menggantikan 3 titik lampu, namun dengan adanya PLTS ini kami secara langsung sudah mandiri secara energi. Kami tidak membutuhkan aliran listrik dari PLN untuk mengaliri 3 buah lampu kami.

Saat ini pemasangan PLTS sudah menjadi Alternatif yang sangat tepat, terutama bagi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa dimana intensitas penyinaran matahari sangat stabil dan bagus. Selain itu PLTS sangat minim perawatan.

Rencana jangka panjang kami adalah menambah beberapa titik lampu dengan lampu tenaga surya tersebut dan menggunakan PLTS sebagai sumber daya untuk perangkat-perangkat yang membutuhkan daya listrik besar, seperti Kulkas, Mesin Cuci, Setrika, namun masih terbentur dengan faktor biaya.

  1. Menjadikan Marmut sebagai “Mesin Pemotong Rumput Alami” dan “Mesin penghasil Pupuk Kompos”.
Awalnya kami memelihara marmut hanya karena gemas melihat bentuknya yang lucu. Dari awal memang kami sengaja melepas marmut ke halaman taman agar marmut-marmut tersebut bebas memakan rumput-rumput taman. Setelah lama-lama diperhatikan rupanya marmut-marmut tersebut bisa jadi Mesin Potong Rumput Alami. 

Dari awalnya cuma ada 2 ekor marmut, akhirnya kami ketambahan marmut-marmut hingga menjadi 6 ekor! Tapi 6 ekor kami rasa terlalu banyak, selain cukup berisik (ya marmut memang suara cukup keras apalagi jika mereka sedang mencari perhatian), jumlah mereka yang cukup banyak tidak seimbang dengan pertumbuhan rumput-rumput taman. Hingga akhirnya mereka sering kelaparan dan memakan tanaman hias yang ada.
Terpaksa kami mengurangi hingga menjadi 4. Namun baru saja 1 ekor marmut kami mati, hingga akhirnya tersisa 3 ekor. Saat ini kami sedang mengamati apakah 3 atau 4 ekor marmut yang ideal sebagai pemotong rumput untuk taman kami yang seluas kurang lebih 4x8 meter.



Selain menjadi Mesin Pemotong Rumput alami, Marmut juga merupakan penghasil pupuk kompos yang cukup baik. Kotorannya yang berbentuk seperti granule sangat baik untuk tanaman-tanaman lainnya, karena materi-materi yang terkandung di dalamnya dapat diserap secara cukup oleh tanah (bandingkan jika pupuk dalam bentuk hancuran atau bubuk, terkadang materi yang diserap berlebihan dari kebutuhan). Hasilnya tanaman-tanaman hias terutama tanaman dalam pot terlihat lebih segar dari biasanya dan rumput-rumput taman terlihat lebih segar dan hijau. Jadi jika kita perhatikan secara seksama, terdapat siklus alamiah secara kecil-kecilan; Marmut memakan rumput, lalu marmut mengeluarkan kotoran, kotoran menjadi pupuk alami bagi tanaman/rumput, rumput dan tanah menjadi subur, lalu marmut memakan kembali rumput/tanaman tersebut, dan begitu seterusnya.
   
     6. Mengganti PC dengan Laptop.
Kebutuhan komputer untuk mendukung aktifitas sehari-hari sudah tidak bisa dihindari lagi, apalagi saya juga senang bermain game komputer. Tapi komputer (PC) memakan konsumsi Listrik yang tidak sedikit, untuk PC saya pribadi kurang lebih memakan 650watt (termasuk monitor), cukup besar memang karena spesifikasi komputer yang saya gunakan untuk bermain game.

Dengan menggunakan Laptop, kami menghemat cukup signifikan. Konsumsi listrik dari sebuah Laptop hanya 10% dari sebuah PC kami, yaitu hanya sekitar 65watt.


     7. Menggunakan Sepeda untuk kendaraan ke Kantor atau tempat aktifitas lainnya.
Kebetulan saya memang Hobby bersepeda dan jarak ke rumah dan kantor saya tidak terlalu jauh, kurang lebih 17km. Dengan rute yang biasa saya lalui, bersepeda tidak memakan waktu yang lama, hanya kurang dari 1 jam, hampir sama dengan kalau saya naik sepeda motor.

Selain lebih menyehatkan, bersepeda ke kantor lumayan dapat menghemat uang bensin.

Demikian tulisan Blog saya, semoga dapat menjadi inspirasi anda untuk dapat juga membuat Rumah Ramah Lingkungan, demi kebaikan kita semua dan lingkungan tempat kita tinggal.

Salam

2 comments:

  1. Artikel mantap nih... Go green.. Jd pengen ikut pasang PLTS nih...

    ReplyDelete
  2. terima kasih mas Gunawan... jika berminat dengan PLTSnya silakan email ke cv.surya.sumunar[at]gmail[dot]com terima kasih...

    ReplyDelete