Sunday 29 January 2012

Perjalanan Ke Timika

Kali ini saya dapat kesempatan untuk mengunjungi tanah Papua. Sudah lama sekali saya ingin menjejakkan kaki di sini. Seolah-olah belum bisa dibilang orang Indonesia kalo belum pernah ke Papua. Daerah Papua yang saya kunjungi adalah Kota Timika. Kota Timika merupakan ibukota dari Kabupaten Mimika. Tentunya saya kesini juga karena urusan survey pekerjaan (dan tentunya saya gak akan menjelaskan survey pekerjaan apa yang saya lakukan di sini).

Perjalanan saya kali ini sangat singkat, jadi tidak banyak yang bisa saya jabarkan di tulisan saya kali ini. Ya tapi setidaknya ada beberapa informasi menarik yang mungkin bisa bermanfaat bagi yang membacanya.

Akses menuju kota Timika dari Jakarta (melalui udara) dapat menggunakan maskapai Garuda Indonesia dan Merpati. Namun untuk jadwalnya saya tidak bisa menyebutkan, silahkan anda cek sendiri di masing-masing websitenya. Untuk harga tiket berkisar antara 2-2,5 juta untuk sekali terbang (bahkan bisa lebih). Mahal memang. Perjalanan kali ini saya menggunakan Garuda Indonesia, berangkat dari Jakarta jam 11 malam, tiba di Timika jam 6.30 pagi waktu setempat. Perjalanan tidak langsung ke Timika, tapi transit sebentar di Bali selama 40 menit.

Sudah sering saya naik pesawat, tapi baru kali ini saya sampai dibuat muntah di dalam pesawat karena saya ga kuat menahan mual akibat pesawat diguncang-guncang cuaca buruk sepanjang perjalanan dari Jakarta hingga transit di Bali. Memalukan!!! Untung di sebelah saya tidak ada Mr. Bean


Beruntung dari Bali hingga Timika yang memakan waktu sekitar 3,5 jam cuaca dalam kondisi bagus jadi saya bisa istirahat dengan lumayan nyenyak.

Pesawat tiba tepat waktu, mendaratlah di Bandar Udara Mozes Kilangin
(gambar tidak diambil dari kamera saya, tapi dari google)

Sampai di Timika langsung dijemput oleh kenalan kami di sini dan langsung menuju ke lokasi pekerjaan. Tidak banyak pemandangan bagus yang bisa saya potret di sini. Standar sebuah kota dengan mayoritas orang dan kendaraan yang lalu lalang di dalamnya adalah dari pihak tambang (pasti semua tahu tambang apa yang dimaksud).

Dalam perjalanan menuju lokasi pekerjaan, dapat terlihat jelas deretan pegunungan Jayawijaya. Kata kawan saya di sana, apabila kondisi sedang cerah, lapisan es di puncak Cartenz dapat terlihat dari sini.


Besoknya saya dibawa oleh kawan saya ke komplek Kuala Kencana. Kuala Kencana merupakan gerbang awal untuk masuk wilayah Freeport. Sangat menyesal saya meninggalkan kamera saya di Hotel dan tidak mengambil gambar di HP saya. Namun gambar-gambar dan info mengenai Kuala Kencana dapat juga di intip di Blog ini dan tentu saja Wikipedia.

Kondisi di Kuala Kencana memang patut diacungi empat jempol, bahkan kalo perlu saya perlu meminjam jempol kawan saya untuk menambahinya. Segala fasilitas terdapat di sini, namun tentu saja terbatas untuk kalangan tertentu. Bahkan, kita dapat langsung meminum air kerannya. Memang, Kuala Kencana ini dikelola langsung oleh Freeport, tidak heran kenapa fasilitasnya bisa seperti itu. Namun yang janggal disini adalah, mereka menggunakan satuan satuan Imperial bukannya Standar Internasional.
Tentu saja karena di sini sangat kental nuansa...


Di Timika saya berkesempatan untuk mencicipi Papeda yaitu bubur sagu dengan kuah kuning dan lauk ikan kakap putih. Saya tidak ada masalah dengan kuah kuning dan ikan kakap putihnya (menurut saya lezat, segar dan rasa kakap putih yang gurih), tapi saya sedikit kesulitan untuk makan sagunya yang masih belum familiar.
                                       
Teman saya bilang, sagunya dicampur dengan kuah kuningnya, langsung ditelan (tidak dikunyah karena memang susah untuk dikunyah) baru konsumsi lauk dan sayurnya. Namun tetap saja masih susah untuk saya, akhirnya saya menyerah dan mengganti sagunya dengan nasi, sementara sagunya dihabiskan oleh teman saya.
Teman saya bilang, biasanya orang sini makan 1 mangkuk sagu itu kurang (padahal porsi mangkuk itu cukup besar). Katanya papeda bagus untuk paru-paru, membersihkan paru-paru. Terutama bagi mereka perokok berat yang akan menghadapi medical checkup, supaya hasil rontgennya bagus, biasanya mereka menkonsumsi papeda pada pagi hari (dari papeda yang sudah disimpan semalam) lalu ketika medical checkup pada siangnya maka hasilnya bersih. Saya masih belum tau penjelasan ilmiahnya seperti apa tapi dari ceritanya cukup menarik.

Akhirnya saya pun harus kembali ke Jakarta. Ketika saya datang di bandara saya tidak terlalu memperhatikan sekitar, turun dari pesawat, langsung bertemu teman saya dan berangkat ke lokasi. Namun saat pulang (dan waktunya lebih banyak, saya dapat kesempatan untuk memperhatikan kondisi Airport Mozes Kilangin ini, Airportnya memang kecil, tapi yang patut diacungi jempol adalah fasilitas kebersihannya.
Toilet yang bersih dan nyaman. AC dalam ruangan yang cukup dingin, serta seluruh lantai dalam ruangan dilapis vynil sehingga tidak licin dan mudah dibersihkan.

                                     
Dan dengan semua fasilitas itu hanya membayar Airport tax sebesar Rp.10.000 (sepertinya kita semua paham siapa yang mensubsidi semua ini).

Cukup senang juga, apalagi perjalanan pulang saya dapat kesempatan naik Garuda Edisi Klasik.

Dan sampai akhirnya saya menemukan sebuah koran lokal (dengan judul Berita Internasional "Navy SEAL berhasil menggagalkan perompak Somalia")


Yah, semoga Kapten Jack Sparrow tidak sampai melihat berita tersebut. Saya tidak tahu apa yang akan dia lakukan kalo ternyata dia disamakan dengan perompak somalia.

Dan akhirnya sampai sudah saya di Jakarta di sore hari, menikmati kemacetan dan segala hiruk pikuknya lagi. Semoga hasil survey saya di Timika dapat hasil yang positif sehingga saya dapat melaksanakan pekerjaan di sana dan dapat menceritakan hal-hal menarik lainnya.

Salam