Sunday 8 July 2012

Ketika Indonesia Raya Tidak Khidmat

Komplek di tempat saya tinggal ini memaksakan perayaan 17 Agustusan dimajukan pada bulan Juni dan Juli. Masuk akal karena 17 Agustus tahun ini masih bertepatan dengan bulan Ramadhan dimana banyak orang yang berpuasa dan pada tanggal segitu, dipastikan sebagian besar orang Jakarta sudah meninggalkan Jakarta untuk kembali ke kampung halamannya. Jadinya ya begitu, perayaan 17an (yang bukan Agustusan) dimajukan sebulan sebelumnya. Acara 17an di komplek ini dimeriahkan dari berbagai lomba, mulai dari lomba standar untuk anak-anak, bahkan acara kompetisi serius seperti Badminton dan Tenis Meja.

Terdapat pemandangan yang janggal tadi malam ketika saya sepulang dari sepedahan membeli makan malam. Saya melihat dan mendengar lagu Indonesia Raya sedang diputar, layaknya seremoni pembukaan acara olahraga pada umumnya. Tapi yang membuat saya sedih adalah, tidak ada satupun dari orang-orang ataupun anak-anak terlihat khidmat. Yang anak-anak masih tetap asyik berlarian kesana kemari, ada yang sambil tetap bermain badminton, sementara yang orang tua asyik mengobrol dengan sesama tetangganya.

Memang hanya sebuah lagu...
Terkesan lebay kalo harus khidmat di sekedar acara tujuhbelasan komplek...

Jadi jangan protes atau ngamuk-ngamuk di internet kalo suatu saat negara tetangga mungkin akan mengklaimnya...

Selamat Bagi Yang Diterima Perguruan Tinggi Negeri (ataupun tidak)

Pendahuluan

Siang ini ketika sedang santai tidak ada kegiatan dan hanya menonton berita di TV, saya cukup kaget dengan apa yang saya liat di running text Metro TV, yang menginformasikan bahwa: "realisasi lapangan kerja baru di Amerika Serikat hanya 80.000". Segitu parahkah, dalam hati saya berfikir.

Saya iseng mencari berita-berita di internet terkait hal tersebut dan membandingkannya dengan Indonesia. Menurut berita ini diinformasikan bahwa "Jumlah tenaga kerja yang diserap sampai Desember 2011 mencapai 404.039 orang," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)/Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Setidaknya dalam hal penyerapan lapangan pekerjaan, jika dilihat dari angka semata, Indonesia jauh mengungguli Amerika Serikat, bahkan hampir 5x lipatnya.

Saya kembali mengingat-ingat obrolan saya dengan klien saya asal Skotlandia, yang waktu itu beliau masih aktif menjabat Managing Director di salah satu Perusahaan PMA di Indonesia. Dia bercerita bahwa salah satu staff kliennya dia yang menjadi operator di salah satu lokasi tambang sebetulnya adalah pelaut asal Australia yang sedang menunggu kapalnya sedang diservis di salah satu dock di Afrika. Sambil menunggu dia mencari pekerjaan di Indonesia dan jadilah operator tambang. Sebetulnya dia juga bukan murni pelaut, sebelumnya dia sama sekali tidak mempunyai latar belakang pelaut atau wawasan mengenai kelautan. Dia hanya seorang pemabuk, yang saking mabuknya dia kesasar di sebuah dermaga dan entah kenapa dia membeli sebuah kapal layar yang sedang dijual di situ (Mungkin dia seorang pemabuk yang kaya raya, mabuk saja bisa beli kapal). Setelah transaksi dia kemudian menaiki kapalnya untuk tidur. Ketika tersadar dia berada disebuah kapal layar, dia langsung memutuskan untuk keliling dunia dengan kapal layarnya berbekal hanya berkrat-krat bir dan pasokan makan seadanya.

Saya pernah bertanya ke klien saya itu, alasannya datang ke Indonesia apa? Jawabannya sederhana, "Mencari Kerja!!". Walaupun tidak berlatar belakang Sarjana, Master atau sebagainya, melainkan dari latar belakang Angkatan Laut dan seorang pembuat roti di kapal laut, pengalamannya luar biasa banyak dalam mengelola bidang yang berhubungan dengan pertambangan. Pada mulanya dia memang sedang menganggur dan membutuhkan pekerjaan, ketika melihat di Internet ada posisi jabatan yang sesuai bidangnya di salah satu perusahaan di Indonesia dia mencoba. Ya memang percobaannya membuahkan hasil dan membuat dia bekerja di sini cukup lama (hampir 20 tahun kalau tidak salah) dan sekarang dia memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya di Indonesia bersama keluarganya.

Lalu saya kembali mengingat ketika saya masih bekerja di salah satu operator seluler. Ada masa dimana saya dan teman-teman sekantor saya dikursuskan bahasa Inggris di lembaga kursus ternama. Karena memang pekerjaan kami waktu itu membutuhkan bahasa Inggris yang cukup sering. Lembaga kursus bahasa Inggris tersebut terkenal karena guru-gurunya langsung didatangkan dari tempat dimana bahasa Inggris tersebut berasal, ya dari negara Inggris. Kebetulan kelas saya mendapat guru yang asyik dan seorang petualang. Dia pernah mengunjungi beberapa negara di dunia untuk bekerja sebelum akhirnya mencari kerja di Indonesia. Sebelum bekerja di Indonesia, dia sempat bekerja di Australia sebagai pembantu petani (yang sebelumnya lagi dia adalah penjual kain di Perancis). Dan dengan alasan yang sama dia datang ke Indonesia, Mencari Kerja.

Kembali mengingat ke masa yang lebih lama lagi, ke masa ketika saya masih kuliah. Ketika mendekati periode akhir kuliah saya, ada seorang mahasiwa baru, yang tidak terlihat sebagai mahasiswa baru pada umumnya. Selain dia orang bule, penampilannya juga jauh lebih tua dari kawan-kawan seangkatannya. Dia selalu memakai setelan pakaian kantoran pada umumnya. Ternyata berdasarkan hasil obrolan dengan dosen saya (yang juga merangkap sebagai pembimbing saya), si bule itu adalah pengacara asal Amerika yang bekerja di salah satu Firma Hukum ternama di Jl. Jendral Sudirman, selain itu dia juga sudah bergelar Master. Dia kuliah lagi di sini selain untuk mempelajari sistem hukum yang berbeda antara Indonesia dengan Amerika, dia juga mengincar untuk berpraktek di Indonesia (walaupun secara regulasi masih belum bisa).

Ketika tulisan ini berlangsung saya teringat kepada sosok Keith Martin, seorang penyanyi RnB asal Amerika (soal ini tidak usah dijelaskan pasti lebih banyak yang tahu). Pada awalnya Keith Martin berkarir dan terkenal di Amerika, lalu akhir-akhir ini sering terlihat "ngamen" di Indonesia, entah itu manggung di acara TV atau menjadi penyanyi rohani di acara keagamaan. Bahkan saya pernah mendengar gurauan penyiar radio di salah satu siarannya beberapa bulan lalu, bahwa katanya Keith Martin sekarang menjadi Guru les bahasa Inggris. Tentunya hal ini hanya kabar burung yang tidak dapat diketahui kebenarannya. Mungkin (mungkin ya, hanya sebatas mungkin), orang-orang asing yang datang ke Indonesia untuk mencari kerja di Indonesia mempunyai sedikit keunggulan dibanding orang lokal. Seapes-apesnya mereka mencari pekerjaan, setidaknya masih berkesempatan jadi Guru bahasa Inggris.

------

Kelanjutan dari pendahuluan
 
Nah lalu apa hubungannya judul dengan pendahuluan di atas yang panjang lebar itu?

Begini, kemarin di linimasa twitter saya sedang ramai hasil SMPTN (Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Bagi sebagian besar orang (mungkin termasuk saya dulu), masuk PTN merupakan kebanggaan tersendiri, bagi sebagian besar orang juga beranggapan bahwa masuk PTN juga berpeluang untuk mempermudah mencari pekerjaan bergengsi (walaupun pada kenyataannya belum tentu juga).

Yang lucunya di saat hampir yang bersamaan, di linimasa saya ada twit dari @kaskus yang mengatakan "kasihan 493.000 sarjana menganggur". Ibarat kata tinju, ini adalah sebuah uppercut yang telak ke rahang lawan. Di saat kebanyakan pemuda-pemudi bersenang-senang merayakan kesuksesan masuk PTN, tiba-tiba langsung dihadapkan kenyataan pengangguran (kasarnya: "ngerasain kuliah aja belum, udah dihadapkan dengan kenyataan pengangguran). Jika dilihat dari tulisan tadi sebelumnya mengenai jumlah tenaga kerja yang diserap per akhir tahun lalu jumlahnya 404.039 orang, jumlah sarjana yang menganggur masih lebih banyak dari tenaga kerja yang terserap. Angka tersebut baru dilihat dari parameter sarjana, jika paramaternya diperluas lagi, saya yakin angkanya bisa lebih banyak dari itu.

(Lagi-lagi) jika dibandingkan dengan Amerika Serikat setidaknya Indonesia masih lebih beruntung jika dilihat dari persentase. Setidaknya persentase pengangguran Indonesia masih lebih kecil daripada Amerika Serikat. Indonesia berada di angka 6,3% sedangkan Amerika Serikat 8,3% (Sumber: kaskus dan metrotvnews). Tapi hal ini jangan membuat kita (terutama para calon sarjana dan calon pemuda siap kerja ataupun usaha) terbuai. Lawan teman-teman nanti di dunia pencarian kerja bukan hanya orang yang duduk di sebelah bangku kuliah anda ataupun orang yang tidak anda kenal dari kampus atau sekolah lain. Melihat dari apa yang saya tulis sebelumnya, besar kemungkinan anda juga bersaing dengan para pendatang dari negeri lain yang datang dengan alasan yang sama, Mencari Kerja! Mengingat sekarang saja level operator sudah mulai dipegang oleh orang asing. Tapi bukan berarti orang lokal hanya sebatas level operator saja, biasanya orang asing yang bekerja di Indonesia diposisikan sebagai tenaga ahli, ataupun di jabatan manajemen (apapun diluar personalia jika menurut regulasi ketenagakerjaan). Bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan kita akan melihat orang bule sebagai customer service atau mungkin call center atau mungkin pekerjaan entry level lainnya. Kita sebagai SDM lokal juga harus mampu mengusai hingga posisi manajemen atau bahkan sebagai pemilik.

Semoga hal tersebut tidak membuat ciut nyali para calon sarjana, tapi justru untuk sebagai bahan pecutan agar lebih bersemangat lagi. Malah lebih bagus lagi jika bisa memecut diri untuk dapat membuka peluang usaha, sehingga bisa makin terbentuk lapangan pekerjaan. Yang penting kita harus menghilangkan jauh-jauh pandangan bahwa pekerjaan yang bergengsi itu adalah pekerjaan dengan pakaian rapi, penampilan trendi masa kini, di belakang meja dengan komputer berinternet kencang dan di dalam ruang berAC. Hilangkan gengsi dalam mencari pekerjaan atau membuka usaha.

Lebih mulia dan bermanfaat apabila anda ternyata tidak tamat sarjana, lalu menjadi tukang kerupuk, - misalnya - (bukan berarti pekerjaan tukang kerupuk tidak bagus, saya hanya mengambil sampel acak) dengan puluhan orang pekerja, daripada anda bergelar sarjana dengan bermacam-macam "S" dan "M" mengelilingi nama anda, tapi hanya bisa tunduk apa kata boss anda di ruangan berAC tanpa bisa memberi manfaat penghidupan bagi orang banyak.

Bukan berarti saya mengajarkan anda tidak tamat kuliah. Mengejar ilmu itu penting, wawasan dan jaringan yang seluas-seluasnya itu penting. Tapi jangan hanya mengejar nilai dan gelar saja. Seperti apa yang dibilang Rancho di film 3 Idiots Kejar ilmunya, jangan cuma melihat dari nilainya saja.

Yang penting, hilangkan gengsi, tetap smart, jangan takut atau ragu untuk memulai pekerjaan ataupun usaha. Dan ingat, bekerja itu tidak harus selalu di dalam suasana ruangan kantor dengan meja komputer dan ruangan berAC. Masih banyak lapangan pekerjaan dan usaha lain yang masih potensial untuk dikerjakan. Saya tidak berusaha untuk memulai ceramah agama di sini, tapi kutipan sabda Rasulullah SAW sangat tepat untuk dijadikan penutup: ” Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain ” (HR. Bukhari).

Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada Pemuda-Pemudi yang diterima di PTN. Tak lupa juga saya mengucapkan selamata kepada Pemuda-pemudi lain yang walaupun tidak diterima di PTN tapi masih dapat melanjutkan jenjang pendidikan di bangku kuliah. Ingat tidak semua orang punya kesempatan dan beruntung seperti anda-anda, jadi manfaatkanlah baik-baik, dan jadilah orang yang bermanfaat.

Salam


Tuesday 3 July 2012

Gagal Ditipu sama Penelpon Mengatasnamakan Grapari Telkomsel

Siang ini lagi asyik main HP sambil nungguin mobil dicuci, tiba-tiba ada sebuah telfon masuk di nomor Telkomsel saya. Ini sungguh aneh, tidak ada orang lain yang tahu nomor ini kecuali tim kerja, istri dan orang tua saya. Nomor tersebut adalah nomor dari Telkomsel juga, yaitu: 082175745742.

Tidak ada perasaan buruk sangka apapun akhirnya saya angkat telefon tersebut. Dan ternyata mengatasnamakan Edi dari Grapari pusat. Agak aneh mendengar seorang call center yang menelfon (atau menerima telefon) pelanggan tapi logat/dialek daerahnya sangat kental. Saya sudah berkali-kali menelfon (atau menerima telfon dari) call center, bahkan untuk suatu institusi atau perusahaan yang berdomisili di daerah pun tidak terdengar logat kedaerahannya. Jadi kira-kira begini ceritanya:


Galih (G): Halo..
Edi: (E): Halo selamat siang, saya Edi dari Grapari pusat ingin memberi tahu bahwa nomor Bapak terpilih jadi pemenang undian...bla...bla... (lupa nama undiannya apa).. Mohon maaf sebelumnya saya bicara dengan bapak siapa?.
G: Saya dengan Galih... eeee, tadi namanya mas siapa?
E: Edi pak... (tetap dengan logat kedaerahannya yang kental, tapi saya gak tau dari daerah mana)
G: Mas Edi dari Grapari mana tadi
E: Grapari pusat.. (nada suara mulai jengkel)
G: Grapari pusat itu ada dimana ya?
E: (nada suara mulai tinggi), Grapari pusat ya di Gedung Telkomsel pusat di kuningan...
G: Kuningannya dimana ya? Setau saya ga ada Gedung Telkomsel pusat di kuningan? (sok tahu saja)..
E: (Nada tinggi dan jengkel) Makanya bapak gak tau.... (langsung ditutup, ngambek sepertinya)
G: (Mesam-mesem sendiri lalu lanjut mainan HP lagi)...


Istri saya dulu ketika masih kerja di salah satu operator selular (dan sebelum bertemu saya tentunya), juga pernah di posisi call center, untuk menghubungi para pemenang-pemenang undian berhadiah dari operator seluler tersebut. Segala macam tanggapan mulai dari sinis, biasa aja bahkan sampe dikerjain kayak saya tadi memang sudah menjadi resiko dan harus dilayani dengan sabar dan baik, bukan langsung ngambek dan menutup telfon dengan nada tinggi seperti tadi. Jika memang benar itu hadiah dari kantor, maka sang call center harus menjelaskan dengan sabar dan benar kepada pelanggan, karena itu sudah menjadi haknya pelanggan dan tentu bisa dipertanggungjawabkan.


Hal lain yang aneh adalah, dia menghubungi pelanggan, tapi tidak tahu nama pelanggan yang ditelfonnya. Sesuai dengan keterangan istri saya waktu bekerja di call center dulu, setiap data pelanggan (baik nomor telefon dan nama lengkap) sudah ada dan disiapkan kantor. Jadi tidak perlu lagi si call center menanyakan lagi siapa nama yang ditelfon. Lagipula, jika memang benar dari call center, pastilah di meja call center tersebut ada sebuah perangkat komputer dan sebuah aplikasi yang menayangkan data pelanggan, jadi hal menanyakan nama pelanggan sudah tidak perlu lagi.


Dan yang paling penting, jarang sekali kasus pihak yang mengaku dari kantor tertentu pakai nomor HP, apalagi nomor HP berantakan (kelihatan sekali beli sekedarnya untuk sistem Hit and Run), seringnya adalah pakai nomor kantor. Seperti saya dengan nomor Indosat, setiap bulan saya selalu ditelfon oleh pihak Indosat untuk mengingatkan bahwa tagihannya sudah jatuh tempo. Dan telfon tersebut terlihat memang telfon kantor, diiringi dengan kode daerah 021.


Sebaiknya, jika teman-teman mengalami telfon dugaan penipuan, yang harus dilakukan adalah tetap tenang. Ingat lagi, apakah telfon yang masuk tersebut menggunakan telfon kantor atau HP. Jika menggunakan HP, sebaiknya tenang dan pastikan segala ucapannya dapat dipertanggungjawabkan. Caranya? Ya pertama anda harus punya wawasan umum sederhana tentang operator selular yang anda pakai. Buatlah pertanyaan-pertanyaan menjebak atau hal yang membuat jengkel si call center palsu tersebut. Kalau memang dia mengaku asli dari kantor, suruh tutup HPnya dan minta untuk menelfon dari kantor.
Jika anda ragu-ragu, sebaiknya jangan diteruskan, apalagi sudah terdengar gejala untuk meminta nomor rekening, nomor kartu ATM atau meminta anda ke ATM, salah-salah anda malah dihipnotis via telefon.


Demikian cerita pengalaman saya siang ini yang membuat istri saya tertawa ngakak ketika saya telfon dia untuk menceritakan kejadian ini.


Salam