Saturday 25 October 2014

Surly Steamroller Masih Seenak Yang Dulu

Steamroller ini merupakan sepeda Surly pertama saya (sepeda istri saya tepatnya, tapi justru saya yang lebih sering memakainya) sejak tahun 2010an. Ya dahulu dibuat dengan spek seadanya, misalnya rim diambil dari sepeda fixie pertama saya, Rigida DP 2000. Rigida DP 2000 ini menjadi satu-satunya parts yang paling awet sampai sekarang. Beli di Rodalink Depok dengan harga seratus ribuan per pasang. Jaman itu pas lagi awal boomingnya fixie dengan model dinding  rim yang tinggi, tetapi tidak banyak pilihan produk. Parts yang paling awet kedua adalah hub depan tiagra (dahulu beli di Rodalink hanya tujuh puluh ribuan) dan hub belakang Novatec.

Pada masa itu, sepeda fixed gear dengan hub track (ataupun hub khusus fixed gear) menjadi barang mewah, termasuk Novatec ini, bisa dibilang barang mewah dengan harga yang menurut saya tidak masuk akal (masak iya hub ulir single harga jauh lebih mahal dari hub MTB untuk multi speed?). Hub Novatec ini saya dapat satuan, hanya belakang saja, di almarhum Mencos (maksudnya tokonya sekarang udah almarhum, ownernya sepertinya sudah beralih usaha atau pindah ke tempat lain) dengan harga kurang dari dua ratus ribu. Untuk barang bekas, harga segitu pada masa itu bisa dibilang murah, mengingat harga barunya yang bisa lebih dari enam ratus ribuan sepasang. Yaah, namanya juga barang bekas dengan harga yang cukup murah, harus bisa menerima konsekuensinya, salah satunya kondisi as bearingnya yang sudah tidak orisinil. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah, hubnya masih enak dipakai. Dipasangkan dengan ban kenda bawaan Polygon Heist ukuran 700x38 membuat gowes commuting bisa sedikit "gradakan". Cukup percaya diri lah untuk melewati jalanan kasar, trotoar dan jalanan paving tidak rata tanpa mengurangi kecepatan.  Spek lengkap yang saya pakai bisa dilihat di tulisan saya sebelumnya mengenai Steamroller ini: http://galihleo.blogspot.com/2011/09/surly-steamroller.html

Settingan tersebut cukup bertahan lama hingga akhirya tahun ini iseng mau mencoba untuk mencoba CX. Saya sadar Steamroller agak merepotkan jika harus dikonversi ke CX multispeed, oleh karena itu pilihan yang paling bijak adalah mengkonversi jadi CX single speed. Namun kondisi ban yang tidak sesuai, bearing hub belakang yang sudah mulai oblak, seatpost yang seret, dan spacing rem belakang yang sudah mepet. Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya dibawalah Steamroller ini di workshop kawan baik saya, Ranggapanji, http://pancalencycles.blogspot.com/. Terdapat beberapa perbaikan dan perubahan, antara lain:
1. Perbaikan:
- Mengganti as dan bearing hub belakang. Kebetulan ada parts yang bisa dikanibal. Akhirnya kondisi hub belakang kembali berputar dengan tanpa hambatan.
- Melepas seatpost yang mampet, Ini tingkat kesulitannya sangat tinggi, butuh beberapa waktu hingga akhirnya bisa terlepas. Ini sebenarnya penyakit pernah terjadi waktu sepeda ini dibawa ini ke Timika beberapa tahun lalu. Waktu itu skalanya masih seret, untuk membukanya butuh bantuan pelumas 1 kaleng kecil WD40, kunci pipa besar dan bantuan tenaga 3 orang kuli. Butuh beberapa jam untuk bisa melepaskannya. Dan sekarang, penyakit itu kumat kembali, bukan hanya seret tapi sudah kategori mampet. Sampai-sampai harus dibuka pakai bantuan ragum katanya.
- Mengganti spoke depan dan menyetel ulang roda depan belakang. Ya sepertinya sudah wajar dilakukan penyetelan ulang, sudah 4 tahunan tidak pernah disetel.

2. Perubahan:
- Mengganti ban dengan ban yang berpacul. Ya, rencana bermain CX pasti akan menemui beberapa jalanan tanah. Kebetulan di workshop tersebut ada sepasang ban Maxxis Mimo CX ukuran 700 x 32. Penggantian ban ini tidak menemui kendala sama sekali, sebab spacing Steamroller memang diperuntukkan sampai 700 x 38.
- Mengganti chainring lebih kecil. Sebelumnya pakai 46 lalu diturunkan menjadi 38. Ya rencana bermain di trek tanah memang harus meringankan rasio gear supaya lebih ringan digowes di jalanan tanah.
- Mengganti handlebar menjadi flat bar yang agak lebih lebar dari sebelumnya. Jika sebelumnya memakai rise bar yang hanya selebar bahu, sekarang pakai flat bar dengan lebar kurang lebih 62cm, agar manuver di trek tanah lebih stabil tapi tetap responsif.
- Mengganti rem belakang menjadi medium reach. Sebelumnya saya pakai rem short reach yang telah dikikir. Sebenarnya tidak ada masalah dengan spacing roda, hanya menyisakan ruang yang sangat rapat, sehingga tidak memadai jika ingin masuk trek tanah atau pakai ban yang agak gondrong sedikit. Lagi-lagi kebetulan di workshop Ranggapanji ada parts yang bisa dikanibal.
- Mengganti seatpost. Ya ini tentu saja!!
- Mengganti sadel dengan yang lebih empuk. (dapat barang diskonan di BAB)
- Mengganti rantai dengan Halflink, agar geser-geser as hub belakang tidak terlalu banyak.



Belum sempat mencoba setting baru ini trek CX, tapi baru dicoba buat muter-muter di lapangan tanah dekat rumah. Di kondisi tanah merah lepasan dan sedikit berpasir memang terasa ada selip di bagian belakang, mungkin saja karena belum terbiasa, masuk tanah-tanah dengan ban kecil.. Masuk ke area makadam gripnya cukup bagus, jauh lebih membuat percaya diri dibanding di area tanah sebelumnya.

Setelah itu mencoba di jalanan aspal. Penggantian bearing baru memang terasa sangat signifikan, gowes menjadi makin ringan dibanding sebelumnya. Walaupun bannya berpacul, tidak terasa hambatan yang berarti, tapi memang menjadi sedikit agak mendengung ketika dibawa jalan. Kombinasi gear yang ringan membuat sepeda ini tidak bisa sekencang dulu lagi, ketika gowesan dirasa sudah cukup kencang ya tinggal coasting saja, nikmati sepeda ini meluncur bebas. Dengan ban berpacul dan ukuran yang masih agak gendut, manuver-manuver ketika bersepeda di tengah kemacetan lalu lintas juga sangat oke, "gradakan" di bahu jalan yang tidak beraspal, trotoar yang tidak rata bahkan sedikit bunny hop juga masih bisa dihadapi.

Sepertinya, dengan settingan bagaimanapun Surly Steamroller ini akan tetap seenak seperti pertama kali mencoba...
(tentunya dengan settingan yang wajar dan masih batas toleransi)